Detik.com
Bandung - Krisis ekonomi yang melanda Indonesia beberapa tahun lalu, masih menyisakan dampak bagi masyarakat. Puluhan pabrik garmen atau konveksi terpaksa tutup dan mem-PKH para karyawan. Akibatnya, tak dari 14.000 orang yang mempunyai keahlian menjahit kehilangan mata pencahariannya. Guna mengentaskan kemiskinan akibat PHK ini, Departemen Sosial (Depsos) kembali memberikan bantuan 400 mesin jahit kepada 400 kepala keluarga pra sejahtera di 23 desa di 12 kecamatan.
Mesin jahit berkecepatan tinggi tahap kedua ini, diserahkan secara simbolis oleh Bupati Bandung H Obar Sobarna SIp kepada lima Kepala Desa, disaksikan Kasudit Kemitraan Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial Depsos, Drs H Yus Rizal di hadapan para penerima bantuan, di Gedung Mochamad Toha, Selasa (29/3) kemarin.
"Program ini merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi masalah PHK. Memang kalo dilihat, masih kurang. Tapi memang tidak mungkin kalau kita minta 14.000 mesin. Ditambah tahap pertama tahun lalu, berarti sudah 1.400 unit. Ini jumlah terbesar dibanding daerah lain. Tapi kita akan upayakan kembali untuk memperoleh bantuan mesin penjunjang lainnya seperti mesin obras, lobang kancing dan obras," ungkap Obar kepada wartawan usai acara.
Bantuan mesin ini, dikatakan Obar, diberikan kepada masyarakat pra sejahtera yang punya keahlian menjahit, punya tempat usaha, dan bersedia berkerjasama dengan lembaga yang telah ditentukan. Dengan adanya bantuan ini, diharapkan pendapatan masyarakat yang sebelumnya menggunakan mesin jahit manual bisa meningkat. Bantuan sendiri diberikan kepada masyarakat di Kecamatan Paseh, Solokan jeruk, Katapang, Soreang, Margahayu, Margaasih, Sindangkerta, Batujajar, Cangkuang, Lembang dan Cicalengka.
"Ibu-ibu, bapak-bapak, mesin ini diberikan secara cuma-cuma. Jadi tidak ada pungutan apa pun, kalau ada yang minta uang pelicin, laporkan ke Bupati. Tapi karena untuk bekerja, mesin ini tidak boleh dijual atau disewakan. Tapi harus benar-benar untuk bekerja," ujar Obar.
Obar menjelasakan, pasca krisis moneter lalu, hingga kini tercatat warga yang masuk kategori keluarga prasejahtera mencapai 953.429 jiwa. Salah satunya karena sejumlah perusahaan garmen bangkrut dan mem-PHK karyawannya. Obar berkeyakinan, industri rumah tangga di bidang konveksi ini justru akan lebih bertahan dari krisis, dan akan menjadi tumpuan masyarakat.
Industri garmen rumah tangga ini, banyak tersebar di Kecamatan Soreang, Katapang, Margahayu, Batujajar, Cililin, Cangkuang, Banjaran, Majalaya, Solokan Jeruk dan Paseh. Industri garmen ini, diperkirakan akan terus berkembang, mengingat bahan pendukung seperti kain dan benang sudah tersedia. Sementara wilayah pemasaran hasil produksi masih terbuka lebar seperti di Jakarta, Surabaya, Cirebon bahkan dipasarkan ke luar negeri.
Rabu, 11 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar